MALANG___.. merupakan salah satu kota kolonial peninggalan Belanda
yang direncanakan oleh Thomas Karsten. Sebagai seorang arsitek dan ahli
tata kota, maka tidak heran bila kota yang pernah ditanganinya mempunyai
keindahan tersendiri. Hal ini terwujud dalam Kota Malang.Kota
Malang telah terkenal sebagai kota peristirahatan yang sejuk terletak
di daerah dengan iklim yang dingin.. Namun pada perkembangannya yang
tidak memperhatikan sejarah kota, maka lambat laun sebutan sebagai kota
indah dirasakan tidak sesuai lagi. Ada beberapa daerah di Kota Malang
tempo dahulu yang turut memberikan sumbangan bagi terwujudnya sebuah
kota yang ideal dengan berbagai pemandangan yang sedap dipandang mata,
salah satunya adalah adanya taman-taman di dalam kota.
Salah satu kawasan kota yang digunakan sebagai ruang terbuka publik
yang sekarang tidak lagi dijumpai adalah arena pacuan kuda. Arena ini
terletak dibagian barat dari Kota Malang. Dibatasi oleh perumahan untuk
kalangan menengah ke atas dengan pemandangan bebas ke arah gunung Kawi
di belakangnya. Daerah ini mempunyai jalan utama yang terkenal kemudian
dengan Jalan Besar Ijen.Saat ini
arena pacuan kuda ini tidak terlihat sama sekali dan digantikan oleh
perumahan dan sarana pendidikan. Arena ini sangat luas dan dibatasi oleh
tiga jalan utama yaitu Jalan Besar Ijen, Jalan Pahlawan Trip dan Jalan
Jakarta. Selain kegiatan berkuda arena ini juga pernah digunakan oleh
para pandu (pramuka) untuk persiapan mengikuti Jambore Dunia di tahun
30-an.Mengingat tempatnya yang berada di kawasan perumahan elite tentu
ini merupakan fasilitas yang disediakan hanya bagi orang-orang Belanda
yang berdiam di Kota Malang sebagai salah satu dari sekian banyak
hiburan yang dapat dinikmati. Sebagai sebuah kawasan yang baru
direncanakan daerah kawasan ini terkenal dengan sebutan derah
gunung-gunung Bergenbuurt (Handinoto & Paulus 1996) disesuaikan
dengan rencana perkembangan kota dengan panduan poros Timur dan Barat.
Sebagai salah satu kawasan di bagian barat Kota Malang yang
diperuntukkan bagi golongan penduduk menengah keatas dilengkapi dengan
taman-taman dan ruang terbuka lainnya seperti taman olahraga yang
terletak di Jalan Semeru.
Taman olahraga ini kemudian dikenal dengan Stadion Gajayana. Pada
awalnya di tahun 20-30-an dirancang dengan berbagai fasilitas antara
lain sebuah stadion, lapangan hocky, lapangan sepak bola dua buah,
sembilan lapangan tenis, club house dan kolam renang. Kompleks taman
olahraga ini juga merupakan kelanjutan dari perkembangan Kota Malang ke
arah Timur dan Barat.
Pada bagian barat termasuk kompleks ini akan mempunyai pemandangan
yang indah ke arah pegunungan. Oleh karena itu konsepsi ini terlihat
pula pada perencanaan daerah Kolam Renang yang akan memperlihatkan
keindahan panorama pegunungan tersebut.
Selain kawasan bagian barat Kota Malang, perencanaan taman sebagai
sarana rekreasi dan bersantai juga meliputi daerah aliran Sungai Brantas
(DAS Brantas). Dalam sejarah tercatat bahwa pada awalnya bentuk Kota
Malang dibatasi oleh aliran Sungai Brantas. Jadi fungsi dari sungai
adalah sebagai batas suatu daerah. Pada perencanaan selanjutnya ditahun
30-an, oleh Karsten sungai dimasukkan di dalam bagian perencanaan
perkembangan kota. Inilah konsepsi awal yang kelak akan berlanjut dengan
penggunaan DAS Brantas sebagai taman kota yang dapat dinikmati oleh
segenap penduduk kota.
Dalam jangka panjang seluruh lembah Brantas yang belum dipakai akan
dijadikan cadangan taman dengan mempertahankan keindahan aslinya serta
membuat jalan setapak (Paulus dan Handinoto 1996). Perpaduan sungai dan
taman yang melingkar di seluruh kota yang memotong jalan-jalan besar di
dalam kota akan memberikan keindahan tersendiri bagi kota. Sungai akan
diperlakukan sebagai lanskaping kota. Sungai yang tadinya berada di
pinggir, lambat laun seiring dengan perkembangan kota akan berada
ditengah kota dan seolah-olah membelah kota menjadi dua bagian.
Perencanaan perkembangan kota kearah barat dan timur yang telah dibahas
ini dimaksudkan untuk mengimbangi perkembangan yang ada cenderung
berbentuk pita di sepanjang poros utara-selatan. Perkembangan model pita
ini dirasakan tidak kondusif untuk menciptakan kota yang merata di
segenap penjuru.
sumber : http://dymasgalih.wordpress.com/kota-malang/tentang-malang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar